Rabu, 05 Oktober 2011

Keseimbangan

Posted by takwiniyyah pada 30 Juli 2009

“Maka hadapakanlah wajahmu dengan lurus kepada Dien yang hanif (agama Allah); tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia dengan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Qs. 30:30)

Manusia diciptakan dengan fitrah berdien tauhid (memiliki naluri tauhid yaitu Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalaupun ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan. Sesuai dengan fitrah Allah itu, manusia diciptakan terdiri dari tiga unsur, yaitu: jasad, akal dan ruh. Islam mengehendaki ketiga unsur tersebut berada dalam keadaan tawaazun (seimbang). Untuk menjaga keseimbangan itu, kita harus memperhatikan bagaimana mengelola ketiga unsur pembentuk manusia itu dengan tepat.

Ketiga unsur di atas membutuhkan makanan (santapan) yang tepat dan memadai. Jasad membutuhkan santapan jasad, akal memerlukan santapan akal dan ruh pun memerlukan santapan ruh.

1. SANTAPAN JASAD

Adapun santapan jasad itu terdiri dari makanan, minuman, tidur, olahraga, seks dan pakaian. Islam mengajarkan agar manusia memakan makanan yang halalan thayyiba ( halal dan baik untuk kesehatan). “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik… “(Qs. Al Baqarah:168). “Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu…”(Qs. Al Baqarah:174)

Sedangkan untuk istirahat, tidur, Allah SWT. menjelaskan dalam Qs. Al Qashash: 71-73. “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari).” Qs. Al Qashash:73

Sehubungan dengan olahraga, Allah SWT. berfirman dalam Qs. Al Anfal:60 ,” Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka dengan kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang ( yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh-musuh Allah.”

Tentang seks Allah SWT. berfirman dalam Qs. An Nuur:24. Adapun hukum perkawinan ini dapat dilihat pada Qs. An Nisaa’:32

Kebutuhan akan pakaian difirmankan Allah SWT dalam Qs. Al A’raf:26 dan 31.

2. SANTAPAN AKAL

Akal memerlukan santapan berupa ilmu. Al Ghazali membedakan ilmu ini ke dalam dua kelompok yaitu: fardhu ‘ain (wajib untuk semua orang) dan fardhu kifayah (wajib sampai ada orang yang mrnguasai ilmu tersebut). Jadi wajib kifayah ini artinya tidak semua orang wajib hukumnya untuk menguasai ilmu kedokteran atau ilmu teknik atau ilmu ekonomi, dsb.

Yang termasuk ke dalam kelompok fardhu ‘ain adalah al maabaadi al Islamiyah (Prisnip-prinsip Dasar Ajaran Islam). Prinsip-prinsip dasar ajaran Islam itu adalah ma’rifatullah (merupakan tujuan), ma’rifatur rasul (merupakan ikutan/teladan), ma’rifatul Islam (merupakan jalan,path) ma’rifatul insan berupa risalatul insan (misi penciptaan manusia) dan wazifatul insan (fungsi penciptaan manusia).

Ma’rifatullah merupakan tujuan hidup kita hanyalah untuk Allah SWT. “Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam…” (Qs. Al An’am:162).

Ma’rifatur rasul merupakan ikutan / suri tauladan yang baik. “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangann hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Qs. Al Ahzab:21)

Ma’rifatul Islam merupakan jalan (path) untuk mencapai ma’rifatullah. “Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al Kitab, kecuali sudah datang pengetahuan pada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya.” (Qs. Ali Imran:19).

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.” (Qs. At Taubah:33). Wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari al Islam, karena hanya Islam lah agama yang diridhoi Allah. Karena itulah diperlukan suati sistem kajian intensif, komprehensif dan berjama’ah.

Intensif berarti sedikit demi sedikit tetapi mendalam dan berkesinambungan.

Komprehensif dimaksudkan tidak sepotong-sepotong ataupun parsial tetapi dipelajari secara keseluruhan.

Berjama’ah artinya agar mempelajari Islam dapat langsung dipraktekkan dan ada saling menasihati bila ada kekeliruan dan kemalasan.

Ma’rifatul insan dibagi ke dalam dua bagian yaitu: risalatul insan dan wazifatul insan. Risalatul insane artinya misi penciptaan manusia yaitu hanya untuk menyembah Allah swt. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu (mengabdi kepada Allah)…”(Qs. Adz Dzaariyaat:56) sedangkan wazaifatul insan (fungsi penciptaan manusia) adalah untuk dijadikan khalifah di muka bumi,…”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…”(Qs. Al Baqarah:30)

3. SANTAPAN RUH

Adapun santapan ruh ini adalah dzikir. Allah SWT. berfirman dalam Qs. Thaha:14,”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu.” Pada ayat ini dijelaskan bahwa sholat merupakan salah satu cara untuk zikrullah (mengingat Allah). Srelamjunya pada Qs. Al Anfaal:2, Allah SWT. berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Dan Qs. Ar Ra’ad:28.

Dalam berzikir kita kenal istilah zikrul lisani dan zikrul qolbi yaitu zikir secara lisan yang diikuti oleh hati (qolbu). Dari ketiga ayat di atas, terlihat dengan jelas bahwa mengingat Allah (zikrullah )itu bisa dilakaukan dengan sholat yang khusyu’, dengan mengingat sifat-sifat keagungan Allah, dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an secara lisan dan diikuti qolbu (hati). Hasil yang akan diperoleh dari mengingat Allah ini adalah tathmainnul qulub (hati yang tenteram), yaitu hati yang bersyukur di saat menerima rahmat Allah dan hati yang bersabar di saat mengadapi musibah.

Ketiga dimensi (jasad, akal, ruh) harus seimbang, dalam pengertian harus diberi santapan secara seimbang. Jika kita hanya memberikan santapan fisik saja tanpa santapan akal dan ruh, maka kita hanya memuaskan kehendak fisik/jasad saja, tapi ruh kita sangat kering, sehingga hatipun tidak tenteram. Begitu pun halnya bila terlalu berat pada pemberian santapan akal saja, tanpa memperhatikan jasad dan ruh, maka manusia itu ibarat orang yang memiliki pengetahuan, tapi jasadnya sakit-sakitan dan hati pun tidak tenteram. Sebaliknya jika hanya dimensi ruh saja yang diperhatikan, tanpa memberikan makanan fisik dan akal berupa ilmu, terutama Al Maabaadi Al Islamiyah, maka cara berzikir pun kehilangan pedoman sehingga menjadilah manusia-manusia yang hanya memuaskan kebutuhan ruh semata, semenatara jasad dan akalnya memiliki ketidakseimbanagn. Dan kondisi ini tentu akan menyalahi fitrah dari Allah SWT.

Wallahu’alam.

Sumber: Lentera Kehidupan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar