Rabu, 26 Januari 2011

Cara Terbaik agar Hidup Selalu Bahagia








Kebahagiaan adalah hak. Dan seperti semua hak, kitalah yang diharapkan datang menjemputnya.
Bersama semua hak, tentu ada tanggung jawabnya. Dan tanggung jawab bagi mereka yang dibahagiakan adalah membahagiakan yang lainnya.



Maka orang yang tidak ingin tertunda kebahagiaannya, harus mendahulukan tercapainya kebahagiaan orang lain, otomatis kita pun bahagia.

Marilah kita terima dengan ikhlas, bahwa kebahagiaan adalah masalah keputusan.
Hidup yang berbahagia adalah untaian dari keputusan-keputusan untuk berbahagia, dari satu waktu ke waktu lainnya.
Kita harus segera memutuskan untuk berbahagia, dan keputusan itu harus tegas. Karena keputusan yang berdampak baik adalah keputusan baik yang tegas.

Segera setelah kita putuskan untuk berbahagia, maka semua pikiran, perasaan, dan tindakan kita akan terfokus pada membahagiakan.

Tegaslah untuk memutuskan bahwa :

“Waktu terbaik untuk berbahagia adalah SEKARANG”.
“Tempat terbaik untuk berbahagia adalah DISINI”.
Dan
“cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain”.


Jika kita belum mampu merasa bahagia, marilah kita hidup dengan cara yang mejadikan kita pantas untuk berbahagia.

Perasaan kita ditentukan oleh apa yang kita kerjakan dan yang kita hindari.
Maka jangan hindari pikiran baik, jangan hindari perasaan yang baik, dan terutama jangan hindari tindakan yang baik.

Perlu diingat bahwa
“Orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri, akan lebih mudah merasa sedih dan tidak berguna”.

Oleh karena itu, berusahalah untuk menjadi sebab bagi kebahagiaan.

“Tujuan hidup kita adalah menjadi sebab bagi kebahagiaan, bagi diri sendiri dan bagi sebanyak mungkin orang lain”.


Marilah kita (saya dan Anda) hidup untuk membahagiakan sebanyak mungkin orang lain, maka otomatis (insyaAllah) kita akan dijauhkan dari kesedihan, dan kita akan dimudahkan untuk menjadi sangat bahagia.

Teori Bob Sadino

by Adri Noor

BATAM (BP) - Siapa yang tak kenal Bob Sadino? Ia enterpreneur sejati. Gayanya nyentrik, pola pikirnya unik dan cenderung terbalik. Keluar dari pakem teori dan buku teks ekonomi. Tapi, bisnisnya sukses. Pengusaha kawakan dengan ciri khasnya celana pendek dan kemeja itu, datang ke Batam berbagi pengalaman dan belajar goblok dengan pengusaha muda Batam. Apa maksudnya?PEBISNIS yang biasa baca buku marketing, manajemen, dan makan sekolahan, dibikin bingung Bob Sadino, pengusaha yang terkenal dengan Kem Chicks-nya ini. ’’Hidup saya tanpa rencana dan tanpa target. Buku-buku di sekolah sudah meracuni pikiran Anda. Padahal, informasi itu sudah basi dan jadi sampah. Sekolah menghasilkan orang untuk bekerja, tapi bukan memberi peluang kerja bagi orang lain,” katanya. Nah, bingung kan?

Lelaki yang sudah berbisnis selama 36 tahun dan biasa disapa Om Bob ini bercerita, ia berani keluar dari kemapanan bekerja di Jakarta Lyod, jadi pengangguran, jadi kuli bangunan dan supir taksi. Ia lalu berkirim surat ke teman-temannya di Belanda, agar dikirimi ayam petelur. Saat itu, orang tidak biasa mengkonsumsi telur. Jadilah ia peternak ayam broiler dan menjual telur ayam. ’’Sayalah orang pertama yang mengenalkan telur kepada bangsa ini,” katanya.

Namun, jalan hidup Bob tidak semudah membalik telapak tangan. Ia menjual telur ke tetangga. Telurnya tidak laku karena warga Kemang tak biasa makan telur yang besar-besar itu, tapi telur ayam kampung. Beruntung, beberapa bule menyukainya. Permintaan pun bertambah. Tidak hanya telur, merica, garam dan belakangan berkembang ke bisnis daging olahan seperti sosis.

Bob Sadino yang pertama kali mengenalkan menanam sayuran tanpa tanah alias hidroponik. Padahal, saat itu tidak pasarnya. Tapi, kegigihan seorang Bob Sadino, ia menciptakan pasarnya. Beberapa tahun kemudian, ia malah mengekspor terung ke Jepang. Bob mengaku, ia tidak pernah berencana mau jadi apa. ’’Rencananya hanya buat orang pinter, saya bersyukur saya goblok. Kalau saya pintar, saya akan seperti Anda,” katanya, disambut tawa peserta seminar di Hotel Godway, Rabu (16/5) malam.

Kalau pengusaha atau orang dagang cari untung, Bob Sadino mengaku mencari rugi. Lantaran goblok, ia tidak tidak hitung-hitungan dan membebani dirinya macam-macam. ’’Biasanya orang dagang cari untung dan rugi peluangnya sama saja. Jadi, kalau cari rugi, terus kalau untung waduh, bahagia banget,” ujarnya.

’’Silakan cari kegagalan, cari kendala Anda. Saya mengalami segunung kegagalan, kendala dan keringat dingin dan air mata darah. Tapi, saya belajar dari kegagalan dan mencari jalan keluarnya. Kegagalan adalah anugrah. Lalu, apa di balik kegagalan. Sukses adalah titik kecil di atas segunung kegagalan,” papar Bob yang membuat peserta seminar terpana.

Bob Sadino bahagia dengan apa yang dilakukannya. Ia berani mengambil risiko dan menciptakan pasar. ’’Saya mengambil risiko sebesar-besarnya, sebab orang yang mengambil risiko kecil, hasilnya juga kecil. Kalau orang memperkecil risiko, ia jadi bebas dong. Risiko bisa jadi apa saja. Kewajiban saya mengubah risiko jadi duit,” ujar Bob Sadino, dengan santainya.

Meski awalnya sulit dipahami, peserta seminar yang bingung dan tidak terima dikatai goblok, lama-lama bisa mencerna jalan pikiran nyeleneh Bob Sadino. Sebagai pengusaha sukses, ia sudah sampai pada tahap financial independent, sehingga ia bebas mau beli apa saja dan mau pergi ke mana saja. ’’Duitnya sih, pas-pasan. Kalau mau beli Jaguar, pas duitnya ada,” katanya, terkekeh.

Karena merasa dirinya goblok, Bob tidak berpikir secara runtun, tapi mengalir begitu saja. Orang goblok juga akan lebih percaya pada orang lain yang lebih pintar dari dirinya. Kalau gagal, orang goblok tidak merasa gagal, tapi sedang belajar jadi lebih pintar. Akhirnya, orang goblok bisa jadi bosnya orang pintar-pintar. Kini, Bob memiliki 1.600 karyawan yang dia sebut anak-anaknya.

Sementara, orang pintar menghitung sesuatu nyelimet dan usahanya nggak jalan-jalan, karena dibebani rencana yang belum tentu berhasil. Orang pintar juga tidak percaya orang lain sehingga semua dikerjakannya sendiri. Ia mencontohkan ketika salah seorang karyawannya menurunkan harga kangkung di supermarketnya dari semula harganya Rp6.000 menjadi Rp400 saja. Eh, ternyata malah tidak laku.

Selidik punya selidik, ternyata langganannya protes, kok harga kangkungnya murah, padahal biasanya mahal. ’’Akhirnya, harga kangkung itu saya naikkan lagi. Pelanggan saya bilang, kangkung yang saya jual rasanya lain. Mungkin karena mahal, sehingga setiap sendok kangkung yang masuk ke mulutnya diam-diam dihitungnya, Rp6.000, jadi dia nikmati. Lha, kalau begini, siapa sebenarnya yang goblok?” papar Bob terbahak-bahak.

Namun, bagi pembeli ada nilai psikologis yang membuat pembeli merasa berbeda jika mengkonsumsi kangkung mahal daripada kangkung murah. Ini bagian dari trik marketing. Ia pun berbagi tips, bahwa untuk menjadi seorang marketing yang baik, maka seseorang harus menjual dirinya sendiri (sale for your self), sebelum menjual produknya. Sebuah filosofi, bahwa bagaimana seseorang menjadi marketing yang baik, kalau ia sendiri tidak dikenal orang.

Di balik kekonyolannya, Bob Sadino memberikan beberapa resep menjadi pengusaha. Antara lain, berpikir bebas dan tanpa beban. Memiliki tekad dan keinginan yang kuat menjadi pengusaha, sebab kemauan adalah ibarat bensin dan motor, keberanian mengambil peluang, tahan banting dan bersyukur bisa berbuat untuk orang lain.

Bagi pengusaha Batam, Bob Sadino berpesan, jangan takut dan jangan terlalu berharap. Sebab, makin tinggi harapan, makin tinggi tingkat kekecewaan. ’’Lepaskan belenggu dalam pikiran Anda sendiri. Ada berjuta peluang di sekeliling Anda,” katanya.

Dalam berbisnis, juga jangan terlalu memikirkan sukses. Kalau terlalu banyak memikirkan sukses, kata Om Bob, bekerja pasti dalam tekanan, tidak rileks sehingga hasil kerja tidak akan bagus. ’’Santai saja, hilangkan semua beban, ingat sandaran itu tadi, kemauan, komitmen, keberanian mengambil peluang, pantang menyerah dan selalu belajar pada yang lebih pintar serta selalu bersyukur,” ujar Om Bob, mengingatkan.

Satu hal yang menarik, orang-orang yang ia gunakan dalam membantu usahanya, bukanlah mereka yang berasal dari kalangan berpendidikan tinggi, melainkan dari anak jalanan. Berawal dari satu anak jalanan, bertambah dua, tiga hingga saat ini mencapai 1.500 orang anak. Bob juga mengaku bukan orang yang berpendidikan tinggi. Ia hanya tamatan SMA. Ia tak pernah sekolah tinggi. Baginya, di sekolah orang membaca buku, buku sifatnya informasi yang telah terjadi yang tak ubahnya roti busuk alias sampah. Jadi, orang yang sekolah tinggi-tinggi, isinya hanya sampah. Terkecuali sampah itu diolah menjadi pupuk yang subur.

Bob Sadino juga tidak setuju dengan istilah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang digembar-gemborkan pemerintah. Apa pasal? ’’Mestinya bukan UKM, tapi UBB atau Usaha Bakal Besar sehingga kita tetap optimis dan berusaha membesarkan bisnis kita,” katanya.

Tak terasa, dua jam berlalu bersama Bob Sadino. Namun, pertanyaan menggelitik soal penampilannya yang senang bercelana pendek, terlontar juga dari peserta seminar. Apa jawaban Bob? ’’Tidak penting celana pendeknya, yang penting, apa di balik celana pendek itu,” ujar Om Bob yang disambut gelak tawa.

Di balik sikap nyentrik dan nyeleneh Bob Sadino, ia berhasil membangun bisnisnya selama puluhan tahun. Dan, ia bisa duduk santai dengan beberapa presiden sambil ngobrol ngalor ngidul. Yang jelas, peserta seminar yang umumnya pelaku bisnis merasa mendapat pengalaman dan pencerahan yang luar biasa.

Sayangnya, nyaris tidak ada pengusaha kelas kakap yang tertarik bincang bisnis Bob Sadino yang disponsori Telkomsel itu. Mungkin khawatir dicap goblok. Jadi, mau pintar atau goblok ala Bob Sadino? Terserah Anda. 

Teori Bob Sadino

by Adri Noor

BATAM (BP) - Siapa yang tak kenal Bob Sadino? Ia enterpreneur sejati. Gayanya nyentrik, pola pikirnya unik dan cenderung terbalik. Keluar dari pakem teori dan buku teks ekonomi. Tapi, bisnisnya sukses. Pengusaha kawakan dengan ciri khasnya celana pendek dan kemeja itu, datang ke Batam berbagi pengalaman dan belajar goblok dengan pengusaha muda Batam. Apa maksudnya?PEBISNIS yang biasa baca buku marketing, manajemen, dan makan sekolahan, dibikin bingung Bob Sadino, pengusaha yang terkenal dengan Kem Chicks-nya ini. ’’Hidup saya tanpa rencana dan tanpa target. Buku-buku di sekolah sudah meracuni pikiran Anda. Padahal, informasi itu sudah basi dan jadi sampah. Sekolah menghasilkan orang untuk bekerja, tapi bukan memberi peluang kerja bagi orang lain,” katanya. Nah, bingung kan?

Lelaki yang sudah berbisnis selama 36 tahun dan biasa disapa Om Bob ini bercerita, ia berani keluar dari kemapanan bekerja di Jakarta Lyod, jadi pengangguran, jadi kuli bangunan dan supir taksi. Ia lalu berkirim surat ke teman-temannya di Belanda, agar dikirimi ayam petelur. Saat itu, orang tidak biasa mengkonsumsi telur. Jadilah ia peternak ayam broiler dan menjual telur ayam. ’’Sayalah orang pertama yang mengenalkan telur kepada bangsa ini,” katanya.

Namun, jalan hidup Bob tidak semudah membalik telapak tangan. Ia menjual telur ke tetangga. Telurnya tidak laku karena warga Kemang tak biasa makan telur yang besar-besar itu, tapi telur ayam kampung. Beruntung, beberapa bule menyukainya. Permintaan pun bertambah. Tidak hanya telur, merica, garam dan belakangan berkembang ke bisnis daging olahan seperti sosis.

Bob Sadino yang pertama kali mengenalkan menanam sayuran tanpa tanah alias hidroponik. Padahal, saat itu tidak pasarnya. Tapi, kegigihan seorang Bob Sadino, ia menciptakan pasarnya. Beberapa tahun kemudian, ia malah mengekspor terung ke Jepang. Bob mengaku, ia tidak pernah berencana mau jadi apa. ’’Rencananya hanya buat orang pinter, saya bersyukur saya goblok. Kalau saya pintar, saya akan seperti Anda,” katanya, disambut tawa peserta seminar di Hotel Godway, Rabu (16/5) malam.

Kalau pengusaha atau orang dagang cari untung, Bob Sadino mengaku mencari rugi. Lantaran goblok, ia tidak tidak hitung-hitungan dan membebani dirinya macam-macam. ’’Biasanya orang dagang cari untung dan rugi peluangnya sama saja. Jadi, kalau cari rugi, terus kalau untung waduh, bahagia banget,” ujarnya.

’’Silakan cari kegagalan, cari kendala Anda. Saya mengalami segunung kegagalan, kendala dan keringat dingin dan air mata darah. Tapi, saya belajar dari kegagalan dan mencari jalan keluarnya. Kegagalan adalah anugrah. Lalu, apa di balik kegagalan. Sukses adalah titik kecil di atas segunung kegagalan,” papar Bob yang membuat peserta seminar terpana.

Bob Sadino bahagia dengan apa yang dilakukannya. Ia berani mengambil risiko dan menciptakan pasar. ’’Saya mengambil risiko sebesar-besarnya, sebab orang yang mengambil risiko kecil, hasilnya juga kecil. Kalau orang memperkecil risiko, ia jadi bebas dong. Risiko bisa jadi apa saja. Kewajiban saya mengubah risiko jadi duit,” ujar Bob Sadino, dengan santainya.

Meski awalnya sulit dipahami, peserta seminar yang bingung dan tidak terima dikatai goblok, lama-lama bisa mencerna jalan pikiran nyeleneh Bob Sadino. Sebagai pengusaha sukses, ia sudah sampai pada tahap financial independent, sehingga ia bebas mau beli apa saja dan mau pergi ke mana saja. ’’Duitnya sih, pas-pasan. Kalau mau beli Jaguar, pas duitnya ada,” katanya, terkekeh.

Karena merasa dirinya goblok, Bob tidak berpikir secara runtun, tapi mengalir begitu saja. Orang goblok juga akan lebih percaya pada orang lain yang lebih pintar dari dirinya. Kalau gagal, orang goblok tidak merasa gagal, tapi sedang belajar jadi lebih pintar. Akhirnya, orang goblok bisa jadi bosnya orang pintar-pintar. Kini, Bob memiliki 1.600 karyawan yang dia sebut anak-anaknya.

Sementara, orang pintar menghitung sesuatu nyelimet dan usahanya nggak jalan-jalan, karena dibebani rencana yang belum tentu berhasil. Orang pintar juga tidak percaya orang lain sehingga semua dikerjakannya sendiri. Ia mencontohkan ketika salah seorang karyawannya menurunkan harga kangkung di supermarketnya dari semula harganya Rp6.000 menjadi Rp400 saja. Eh, ternyata malah tidak laku.

Selidik punya selidik, ternyata langganannya protes, kok harga kangkungnya murah, padahal biasanya mahal. ’’Akhirnya, harga kangkung itu saya naikkan lagi. Pelanggan saya bilang, kangkung yang saya jual rasanya lain. Mungkin karena mahal, sehingga setiap sendok kangkung yang masuk ke mulutnya diam-diam dihitungnya, Rp6.000, jadi dia nikmati. Lha, kalau begini, siapa sebenarnya yang goblok?” papar Bob terbahak-bahak.

Namun, bagi pembeli ada nilai psikologis yang membuat pembeli merasa berbeda jika mengkonsumsi kangkung mahal daripada kangkung murah. Ini bagian dari trik marketing. Ia pun berbagi tips, bahwa untuk menjadi seorang marketing yang baik, maka seseorang harus menjual dirinya sendiri (sale for your self), sebelum menjual produknya. Sebuah filosofi, bahwa bagaimana seseorang menjadi marketing yang baik, kalau ia sendiri tidak dikenal orang.

Di balik kekonyolannya, Bob Sadino memberikan beberapa resep menjadi pengusaha. Antara lain, berpikir bebas dan tanpa beban. Memiliki tekad dan keinginan yang kuat menjadi pengusaha, sebab kemauan adalah ibarat bensin dan motor, keberanian mengambil peluang, tahan banting dan bersyukur bisa berbuat untuk orang lain.

Bagi pengusaha Batam, Bob Sadino berpesan, jangan takut dan jangan terlalu berharap. Sebab, makin tinggi harapan, makin tinggi tingkat kekecewaan. ’’Lepaskan belenggu dalam pikiran Anda sendiri. Ada berjuta peluang di sekeliling Anda,” katanya.

Dalam berbisnis, juga jangan terlalu memikirkan sukses. Kalau terlalu banyak memikirkan sukses, kata Om Bob, bekerja pasti dalam tekanan, tidak rileks sehingga hasil kerja tidak akan bagus. ’’Santai saja, hilangkan semua beban, ingat sandaran itu tadi, kemauan, komitmen, keberanian mengambil peluang, pantang menyerah dan selalu belajar pada yang lebih pintar serta selalu bersyukur,” ujar Om Bob, mengingatkan.

Satu hal yang menarik, orang-orang yang ia gunakan dalam membantu usahanya, bukanlah mereka yang berasal dari kalangan berpendidikan tinggi, melainkan dari anak jalanan. Berawal dari satu anak jalanan, bertambah dua, tiga hingga saat ini mencapai 1.500 orang anak. Bob juga mengaku bukan orang yang berpendidikan tinggi. Ia hanya tamatan SMA. Ia tak pernah sekolah tinggi. Baginya, di sekolah orang membaca buku, buku sifatnya informasi yang telah terjadi yang tak ubahnya roti busuk alias sampah. Jadi, orang yang sekolah tinggi-tinggi, isinya hanya sampah. Terkecuali sampah itu diolah menjadi pupuk yang subur.

Bob Sadino juga tidak setuju dengan istilah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang digembar-gemborkan pemerintah. Apa pasal? ’’Mestinya bukan UKM, tapi UBB atau Usaha Bakal Besar sehingga kita tetap optimis dan berusaha membesarkan bisnis kita,” katanya.

Tak terasa, dua jam berlalu bersama Bob Sadino. Namun, pertanyaan menggelitik soal penampilannya yang senang bercelana pendek, terlontar juga dari peserta seminar. Apa jawaban Bob? ’’Tidak penting celana pendeknya, yang penting, apa di balik celana pendek itu,” ujar Om Bob yang disambut gelak tawa.

Di balik sikap nyentrik dan nyeleneh Bob Sadino, ia berhasil membangun bisnisnya selama puluhan tahun. Dan, ia bisa duduk santai dengan beberapa presiden sambil ngobrol ngalor ngidul. Yang jelas, peserta seminar yang umumnya pelaku bisnis merasa mendapat pengalaman dan pencerahan yang luar biasa.

Sayangnya, nyaris tidak ada pengusaha kelas kakap yang tertarik bincang bisnis Bob Sadino yang disponsori Telkomsel itu. Mungkin khawatir dicap goblok. Jadi, mau pintar atau goblok ala Bob Sadino? Terserah Anda. 

Rabu, 12 Januari 2011

Cara Menyembuhkan Mata Minus

Menyembuhkan Rabun Jauh Dan Rabun Dekat Dengan Senam Mata Untuk Melenturkan Otot Mata Kaku

Orang kota bisa dibilang memiliki resiko lebih tinggi memiliki cacat mata dibanding orang yang ada di desa. Faktanya adalah bahwa kebanyakan orang di kota menghabiskan banyak waktu bekerja atau berada di tempat yang jarak pandang yang tidak jauh. Contoh aktifitasnya adalah seperti bekerja di depan komputer, membaca buku, bekerja di dalam ruangan tertutup yang sempit, dsb.

Hal tersebut justru dapat menyiksa mata kita karena terus-menerus harus melihat jarak dekat tanpa banyak melihat jarak jauh. Alhasil mata kita yang tadinya tidak memiliki masalah melihat jauh kini menjadi buram jika melihat benda yang jaraknya jauh. Melihat bintang di langit yang tinggi pun jadi berpendar berbayang.

Untuk itu seseorang harus memperhatikan kesehatan matanya dengan menjaga keseimbangan jarak pandang kita antara yang jauh dan yang dekat. Jaga jarak pandang dan segera istirahat mata jika sudah terlalu lama melihat dekat agar otot mata kita tidak stress dan kaku. Di samping itu salah satu cara untuk menjaga agar mata tidak memiliki penyakit cacat mata adalah dengan menghindar dari kegiatan yang merusak mata, seperti :

1. Membaca sambil tiduran
2. Membaca di tempat dengan penerangan kurang
3. Membaca terlalu lama
4. Kurang mengkonsumsi makanan bervitamin A
5. Terlalu lama bekerja di komputer.
6. Nonton tv terlalu dekat
7. Main game dengan TV besar dan jarak dekat
8. Terlalu banyak nonton bioskop layar lebar, dll.

Untuk sedikit mengatasi mata yang lelah atau mata stres yang dapat berakibat pada kecacatan mata seperti rabun jauh / miopi / mata min dan rabun dekat / hiper metropi / mata plus, mata lelah dapat sedikit dibantu dengan melakukan latihan senam mata untuk merangsang otot mata agar dapat berkontraksi dengan baik.

Latihan senam mata mungkin saja dapat mengobati / menyembuhkan mata minus / rabun jauh serta mata plus / rabun dekat yang akan membebaskan anda dari kacamata dan lensa kontak yang terkadang membosankan dan menyebalkan. Bebas dari kaca mata jelas adalah dambaan dari sebagian besar penderita kelainan mata. Dan mereka tak segan mengeluarkan banyak uang untuk memiliki mata yang normal dan sehat.

LATIHAN 1 : Mata Melirik Ke Kiri Dan Ke Kanan

Latihan senam mata ini baik untuk membantu merangsang otot mata agar mata otot mata dapat dapat cekung dengan baik dan tidak kaku. Caranya adalah dengan :

1. Pandangan lurus ke depan.
2. Tangan kanan berada di sebelah kanan badan sejajar leher.
3. Jari telunjuk mengacung ke atas.
4. Lihat jari anda dengan fokus dengan cara menoleh ke kanan.
5. Palingkan wajah anda ke kiri perlahan tanpa kehilangan pandangan fokus anda ke jari tadi.
6. Tahan pandangan ketika merasa mata sudah maksimal.
7. Ketika sudah lelah bebaskan mata anda dengan melihat yang jauh.

Tips :
- Lakukan ke arah yang berbeda seperti ke kiri, bawa, atas, kanan atas, kanan bawah, kiri atas, kiri bawah, dan lain sebagainya.
- Kemungkinan dapat menimbulkan rasa pusing dan mual. Itu tandanya mata anda butuh latihan ini.
- Jika mata sudah lelah istirahatkan dengan melihat yang jauh atau memejamkan mata sambil tiduran.
- Senam ini mungkin dapat mengobati rabun jauh dan rabun dekat serta penyakit cacat mata lainnya.
- Jika kesulitan fokus anda dapat mencoba dengan bantuan kacamata anda.
- Sebaiknya jangan terlalu lama, sekitar 10 sampai 30 detik saja tiap lirikan.
- Setelah latihan mata mungkin mata anda jadi agak tidak nyaman untuk melihat benda-benda yang dekat jaraknya.
- Latihan ini sebaiknya sering dilakukan di tempat yang terbuka yang banyak pohon jauh dan dekat tapi tidak ditempat umum yang banyak orang atau di tempat kerja yang butuh konsentrasi.
- Semoga mines / ples anda berkurang. Kalau sudah merasa berkurang ganti kacamata anda agar tidak memakai kacamata yang sekarang yang dapat mengembalikan cacat mata anda ke sediakala.

LATIHAN 2 : Fokus Pandangan Mata Jauh Dekat

Latihan berikut ini dapat membantu otot mata anda agar bergerak ke fokus jauh dan fokus dekat. Namun latihan ini mungkin dapat membuat mata anda agak buram kembali setelah melakukan latihan 1 di atas. Mingkin ada baiknya melalukan latihan 2 dulu baru yang 1, atau hanya melakukan latihan 1 saja bagi yang bermasalah rabun jauh.

1. Pandangan lurus ke depan.
2. Tangan kanan berada di depan badan sejajar leher.
3. Jari telunjuk mengacung ke atas.
4. Lihat jari anda dengan fokus.
5. Gerakkan jari maju mundur pelan-pelan dan mata tetap fokus mengikuti gerakan jari.
6. Setelah beberapa kali maju mundur lepaskan mata dengan melihat benda-benda jauh.

Tips :
- Kemungkinan latihan ini bisa menimbulkan rasa pusing dan mual.
- Jika mata sudah lelah istirahatkan dengan melihat yang jauh atau merem sambil tiduran.
- Senam ini mungkin dapat meneymbuhkan rabun jauh dan rabun dekat serta penyakit cacat mata lainnya.
- Jika kesulitan fokus anda dapat mencoba dengan bantuan kacamata anda.
- Latihan ini sebaiknya sering dilakukan di tempat yang terbuka yang banyak pepohonan tapi tidak ditempat umum yang banyak orang atau di tempat kerja yang butuh konsentrasi.

Sumber: http://ardianrisqi.blogspot.com/2009/06/cara-menyembuhkan-mata-minus.html

Sabtu, 08 Januari 2011

Budaya serba cepat menumpulkan anak !

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

Sebut saja Kika namanya, berusia 5 tahun berparas molek. Selesai kursus ia berlari keluar dengan gembira, tangan mungilnya mengambil sepatu miliknya. "Ini sepatu baru loh", kata Kika senang sambil memamerkan dengan gembira kepada pengajar yang mengantarnya sampai pintu keluar. Nyatanya Kika masih terlihat bingung mana sepatu sebelah kiri mana yang sebelah kanan, ekspresi wajahnya sungguh antusias dan ia tidak berkeberatan mencocokan kakinya dengan sepatunya. Hanya untuk menemukan kaki yang tepat dengan sepatu yang tepat, Kika sampai terduduk di lantai, tetapi wajah gembiranya masih jelas terlihat.

Tiga menit berlalu, Kika berhasil memasukkan kakinya ke dalam sepatu kiri; tidak berapa lama kemudian dia makin tertawa senang tidak hanya memamerkan sepatu barunya, tapi kini ia memamerkan kepandaiannya memakai sepatu sendiri. Pengajar pun berkata, "Wah! Kika pandai yah, pakai sepatu kirinya bisa loh…" Kika terlihat semakin antusias memakai sepatu sebelah kanannya, tapi memang sepatu sebelah kirinya belum selesai ditalinya dengan benar. Namun pengajar masih belum mau campur tangan, hasil pemikiran dan pengerjaan anak harus dihargai sampai ketika anak 'memutuskan' sendiri bahwa apa yang dikerjakannya telah selesai. Namun belum lagi sepatu kanannya berhasil masuk, tiba-tiba tangan cekatan pengasuhnya segera memasangkan sepatu kanan Kika. Tangan mungil Kika diminggirkan, diganti dengan kegesitan tangan seorang pengasuh. Kika tidak terlihat sedih atau marah, dia sudah merasa hal itu sebagai hal yang biasa bahwa apa yang dikerjakannya memang sebagian besar sering diambil alih oleh pengasuh ataupun oleh mamanya. Hanya saja, walaupun tidak terlihat sedih atau marah, antusiasme yang awalnya terlihat jelas di muka gadis mungil itu, kini berubah menjadi datar seolah hanya menunggu hasil saja. "Maaf bu, saya harus buru-buru, ditunggu mamanya Kika di rumah, mau diajak pergi", sela sang pengasuh sambil membenarkan sepatu kiri Kika yang tadi belum selesai ditali.

"Oh gitu... Kalau di rumah, apa diajarkan pakai baju sendiri?", tanya pengajar.

"Iya diajari, cuma Kika ini orangnya lelet, kalau apa-apa selalu pelan, jadi memang harus selalu dibantu pakai baju, kalau tidak, dia bisa terlambat ke sekolah… Sudah yah, permisi pulang", kata sang pengasuh sambil menarik tangan Kika pulang. Langkah Kika yang mungil terlihat agak terseret-seret mengikuti langkah pengasuhnya.

Selang dua minggu setelah itu, mama Kika datang bertemu dengan pengajar mengeluhkan betapa Kika ini seorang yang pelan dan kurang motivasi. "Kalau orang lagi cepet-cepet, eh! Dia malah nyantai. Kadang-kadang saya sampe geregetan loh. Gimana sih caranya supaya ngajarin dia bisa lebih cepet lagi, lebih bertanggung jawab lagi?", terdengar nada sang mama mulai meninggi. Mama Kika tidak sendirian, kami menemukan sejumlah orangtua lain yang mengeluhkan kekurang mandirian anaknya. Nyatanya setiap kali kami menanyakan apakah anak pernah dilatih untuk pakai pakaian sendiri, rata-rata orangtua menjawab ya, tetapi ketika ditanya seberapa sering, jarang yang mengatakan cukup sering, biasanya dijawab, "Yah, sesempatnya ajalah. Kita kan memang selalu dikejar-kejar waktu. Kalau pagi, pas mau sekolah, kan nggak mungkin karena takut terlambat sekolah, maka dipakaikan." Jawab orangtua.

"Kalau mau bepergian santai sama keluarga, apakah juga dibiasakan berpakaian sendiri?" Tanya kami lagi.

"Kalau mau pergi, papanya kan sudah nunggu di mobil, biasanya langsung aja digendong ke mobil dan dipakaikan di mobil." Jawabnya lagi.

Di jaman tehnologi yang setiap hari berlomba menyuguhkan kecepatan, justru anak-anaklah yang sering tidak diberikan ruang untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuannya. Bila si kecil memakai sepatu sendiri selama 15 menit, seolah ia telah melakukan suatu kesalahan yang fatal, seisi rumah kesal, bila ia berpakaian selama setengah jam karena kancing-kancing kemejanya belum mampu ia pertemukan, dianggap anak kurang bertanggung jawab terhadap waktu. Menambah buruknya situasi, dimana anak jarang dilatih, juga selalu dibantu pengasuh, toh! Akhirnya diomeli juga oleh orangtuanya karena dianggap tidak antusias.

Pada beberapa kasus, kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh orangtua justru membuat anak terlihat menjadi hiperaktif, anak sering mondar-mandir tidak jelas mau mengerjakan apa, emosinya naik-turun tidak menentu, untuk beberapa anak malah harus sampai ke psikolog. Padahal, dengan diberikan beberapa latihan dan dorongan pada anak; yang tentunya dapat dilatih di rumah, seperti latihan memakai baju, latihan memakai sepatu, latihan cuci piring, dsb, perilaku anak dapat berubah menjadi positif. Di waktu senggang, bila anda mengajari anak anda berpakaian sendiri, bersabarlah. Siapkan waktu yang benar-benar luang, jangan terkejut kalau mereka membutuhkan waktu satu jam dan bukan satu hari saja, mungkin seminggu, tetaplah bersabarlah… Bila anda mau memberikan waktu sekarang lebih lama, anda akan menghemat banyak waktu di masa yang akan datang yaitu dimana anak dapat bergerak cepat dan lancar secara mandiri. Tetapi bila sekarang anda masih terus meributkan kelambatan anak tanpa mau memberi waktu mereka latihan yang cukup; maka anda akan semakin menjadi kesal dalam jangka waktu yang semakin panjang ke depannya. Bisa cepat tua loh!

Belajar, bekerja dan menuai hasil adalah tiga tahap kehidupan.

= Jack Balousek

Pengaruh games pada anak-anak

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

Ada begitu banyak orangtua bertanya tentang baik atau tidakkah anak-anak bermaingames? “Bolehkah saya mengijinkan anak saya bermain games? Soalnya saya takut dia tidak mau belajar.” Ya, hal itu memang suatu kecemasan yang cukup beralasan. Namun ada kisah lain lagi dimana seorang anak remaja merasa stres dan tidak mau ke sekolah karena merasa minder tidak mempunyai games sementara teman-temannya selalu membicarakan tentang games di sekolah setiap hari.

Lain lagi kasusnya dengan seorang murid kami, ia terbiasa menghabiskan waktu selama 3 jam setiap hari bermain games, sehingga ia menjadi seorang anak yang kaku dan sulit diajak berkomunikasi, emosinya meledak-ledak di dalam kelas, interaksi dan komunikasi dengan teman-temannya menjadi sulit.

Games mempunyai manfaat membuat tangan dan otak kita menjadi lebih gesit dan tangkas serta mengasah kegigihan mental anak, kata sebagian orang. Ya, saya setuju. Games itu merusak pikiran dan kemampuan sosial anak, kata sebagian orang lainnya. Ya, saya juga setuju. Sebenarnya masalahnya bukan pada games tersebut,tetapi pada cara orangtua memberikan ijin agar anak boleh bermain games. Banyak orangtua yang tidak membatasi waktu anak bermain games, tersirat dan tersurat dari alasan pemberian ijin yang terlalu longgar ini ialah orangtua dapat merasa tenang tidak ‘direcoki’ anak. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang ‘terlalu’, tentu saja tidak baik. Ada juga orangtua yang hanya memberikan ijin anaknya bermain gamesselama setengah jam seminggu, sehingga membuat anak nekat mencongkel lemarigames-nya karena kesal dengan pemberian ijin waktu bermain yang terlalu sedikit.

Hukum Timbangan

Untuk mudahnya, sebaiknya kita melihat hukum timbangan saja. Kalau terlalu banyak di sisi kanan, tentu ia akan oleng ke kanan, demikian juga sebaliknya. Di dalam kelas kami, kami menemukan beberapa kasus anak pecandu games. Sering pada awal mereka masuk kelas, pribadi-pribadi mereka seolah jauh di awang-awang dan sulit diajak berinteraksi. Bila bertanya pada mereka, maka jawabannya singkat-singkat dan kasar. Bila diberikan materi yang menuntut berpikir secara lebih, maka terlihat emosi mereka naik-turun dan hasil coretan tangannya pun sering tidak beraturan. Padahal mereka adalah anak-anak yang pandai di sekolahnya.

Ijinkanlah anak anda bermain games dengan cara yang bijaksana, sebagai contoh orangtua boleh membelikan player/games bila anak telah berhasil mencapai sesuatu, seperti 5 hasil ulangannya berturut-turut mendapat nilai 10. Hindari membuat janji yang terlalu lama jangka waktunya, misalnya, nanti kalau kamu naik kelas atau nanti kalau kamu juara kelas barulah akan dibelikan games. Bila anda sudah membelikan, sebagai orangtua anda perlu ingat bahwa tugas anda untuk mengontrol waktu penggunaannya harus anda jalankan dengan baik. Buatlah kesepakatan bersama putra-putri anda mengenai aturan waktu bermain games, janganlah menentukan waktu secara sepihak, misalnya, “Pokoknya, papa bilang kamu hanya boleh main dua jam dalam seminggu itupun hanya hari Sabtu saja.” Anda perlu menanyakan pendapat anak anda, “Berapa lama sebaiknya mama mengijinkan kamu bermain games?” Tentu saja anak akan me-negosiasikan waktu yang lebih panjang, sementara anda mungkin menginginkan waktu yang lebih pendek.

Carilah titik temunya, dimana anak mengurangi waktu yang dimintanya dan anda pun menambahkan waktu dari yang sebenarnya anda ijinkan. Anda juga perlu membicarakan apa konsekwensinya bila anak ataupun anda melanggar kesepakatan tersebut. Bertindaklah rasional! Jangan katakan, “Kalau kau melanggar, maka kau tidak boleh main games selama-lamanya.” Hal ini hanya mengacaukan pelaksanaan kesepakatan ini ke depannya.

Jika kesepakatan sudah didapat, maka mintalah anak untuk menulis di atas secarik kertas tentang kesepakatan yang telah dibuat tersebut, anak dan orangtua menandatangani kesepakatan tersebut lalu tempelkan di pintu kulkas agar semua dapat melihat kesepakatan tersebut. Sebagai variasi, anda bisa menambahkan ekstra jam untuk bermain games jika anak anda melakukan hal-hal yang baik, seperti bersikap baik pada saudaranya, atau mendapat hasil ulangan yang baik.

Saya juga sangat menyarankan orangtua untuk menyeleksi pilihan-pilihan gamesanak. Belakangan ini dunia games sudah jamak diwarnai dengan perkelahian, selain itu, marak pula karakter-karakter seksi yang menyerempet pada pornografi. Hindarilah apa yang disebut sebagai garbage-in, garbage-out (masuk sampah, keluar sampah). Banyak orangtua yang belum merasa yakin akan hal ini karena menganggap bahwa games hanyalah permainan elektronik biasa. Contoh nyata dari tidak terseleksinya tayangan mata dan games adalah Smack Down. Cukup banyak orang keheranan ketika melihat anak-anak menjadi korban Smack Down, “kok, bisa ya sampai jadi begitu?” Tentu saja bisa karena apa yang dilihat oleh mata tentu juga masuk ke dalam pikiran dan perasaan seorang pribadi, sehingga bila yang diserap pikiran terlalu banyak hal yang negatif, akan membuahkan tindakan yang negatif pula. Waspadai secara bijaksana! Bermain dan belajar sesuai hukum timbangan.

Ada orang yang kalau pun mereka tidak tahu,

anda tidak bisa memberitahu mereka

= Louis Armstrong

Orangtua, percayalah hal yang baik !

Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

Seorang ayah mengeluhkan perilaku anaknya kepada saya, wajahnya nampak marah, "Saya sudah tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi James (bukan nama sesungguhnya). Semua usaha sudah saya lakukan tetapi James tidak berubah! Saya sudah kehabisan akal. Masak iya saya harus marah-marah terus?" Ujar ayah itu. Hari itu saya tidak memberi saran apapun kepada sang ayah, saya ingin melihat langsung saja si anak yang dikeluhkannya.

Memang benar, James yang berusia 7 tahun itu terlihat sulit diatur, bicaranya sinis cenderung kasar, bahkan sesekali ia memang terlihat sangat menganggu kelas. Beberapa kali pengajar harus memberikan peringatan dan mengharuskan ia menulis janji tulus tentang hal-hal apa yang perlu diperbaikinya.

Berangkat dari rasa percaya bahwa setiap masalah pastilah mempunyai jalan keluarnya, maka satu per satu masalah perilaku James kami pikirkan jalan keluarnya. Memang tidak ada proses instan, tetapi bagaimanapun, kami memilih percaya bahwa James adalah anak yang baik.

Setelah 2 bulan, kami melihat ada perubahan yang baik pada James, tapi sifatnya memang belum permanen, sesekali ia masih berperilaku kasar. Kembali kami bertemu dengan sang ayah. Kali ini tampak ia bukan saja frustrasi pada James, tapi ia sudah frustrasi juga dengan pengajar yang dianggapnya tidak berhasil mengubah James. "Saya sudah tahu dari awal, James memang tidak bisa berubah. James memang nakal dan dibawa kemanapun dia tidak akan berubah." Kami mengkomunikasikan hal-hal apa saja yang mulai berubah dari James walaupun sifatnya belum permanen, tetapi perubahan itu murni dari usaha James. Menurut kami itu adalah awal yang baik, yang harus lebih diperkuat lagi. Sang ayah berkata, "Saya tidak yakin James bisa berubah."

Belakangan kami mengerti bahwa sebenarnya yang membuat James tidak bisa berubah adalah keyakinan orangtuanya. Kami berupaya memberikan fakta bahwa James sudah mulai belajar sendiri setengah jam atas kemauannya sendiri, sudah mau mengurangi frekwensi bertengkarnya dengan teman di sekolah, sudah mulai mau menahan diri tidak marah-marah; tapi ayahnya terus saja mengatakan berulang-ulang kenakalan-kenakalan James, seperti ketika James berteriak-teriak di mal, menjambak rambut adiknya, membantah perkataan orangtuanya. Lalu kami berkata, "James selalu mengerjakan PR-nya". Sanggah ayahnya, "Ya, itu kan karena disuruh". "Tapi James juga mau membereskan mainannya". Sanggah ayahnya, "Dia mana berani berantakan, nanti bisa saya hukum". "James sudah lebih sabar menunggu gilirannya beraktivitas di kelas kami", lanjut kami. "Iya, cuma di sini saja dia pura-pura baik, di rumah sih enggak tuh", ujar sang ayah sinis seolah merasa terpojok.

"Baiklah, menurut bapak, anak yang baik itu seperti apa?", tanya saya. Ayah itu tidak langsung menjawab, bahkan ia tampak kehilangan kata-kata sampai akhirnya ia berkata, "Ya seperti anak-anak lainnya itulah, yang tidak menyusahkan orangtuanya, yang kerjanya tidak bikin sakit kepala saja. Kita kan juga sudah sibuk, ditambah musti mengurus dia, kok dia nggak bisa ngerti yang kayak beginian sih?"

Untuk James, saya merasa sedih, ia ternyata anak yang dipercaya sebagai anak yang menyusahkan dan hanya membuat pusing orangtua. Padahal kami melihat bahwa sebenarnya James pun mau dan mampu berjuang memperbaiki dirinya.

Setengah bulan setelah pembicaraan dengan sang ayah, James kembali ke pola lamanya sebagai anak pemberang, di dalam percakapannya dengan pengajar, James berkata ketus dengan sorot mata tajam yang marah, "Papa bilang aku anak nakal kok, ya memang aku anak nakal, mau diapakan lagi!"

Menuai apa yang anda percaya

Sebut saja Ika, anak perempuan mungil yang lucu, berusia 6 tahun. Ika adalah anak yang cerdas, namun bila beraktivitas, ia terlihat kaku. Pada aktivitas melompat, Ika menangis tidak mau melakukan lompatan, ia berkata, "Aku kan nggak bisa melompat." Ika terisak-isak. "Bisa kok!" Ujar pengajar. "Nggak bisa! Mama bilang pinggul aku terlalu besar! Aku nggak bakal bisa melompat!" Tangis Ika menjadi-jadi. Melihat bentuk pinggulnya, malah kami percaya, jika tumbuh menjadi seorang gadis nantinya, Ika akan memiliki bentuk tubuh yang indah. Namun tidak etis jika mengatakan bahwa kata-kata mama Ika tentang dirinya itu salah. Akhirnya setelah tangis Ika mereda, pengajar membimbing lembut tangannya untuk melompat. Ika pun berhasil melompat, ia sendiri terkejut melihat dirinya bisa melompat. Kemudian ia melompat-lompat sendiri tanpa disuruh.

Apa yang anda percaya bagi putra-putri anda akan anda tuai hasilnya. Ada ibu yang tidak menyerah dengan anaknya yang autis, akhirnya anaknya bisa bersosialisasi dengan orang-orang normal. Ada ibu yang percaya bahwa anaknya pasti jadi orang berhasil walaupun lingkungannya tidak mendukungnya, nyatanya, anaknya benar-benar jadi orang berhasil.

Janganlah anggap remeh tentang apa yang anda percayai bagi putra-putri anda. Percayalah hal yang baik! Maka hal baik pulalah yang akan anda tuai.

"Setiap tindakan, cara bicara, dan pemikiran selalu dapat diubah,

dan perubahan itu dapat dijadikan kebiasaan."

= William Paley

(Presiden Columbia Broadcasting System)

Banyak anak dirusak oleh pola asuh yang tidak kompak !

by: Yacinta Senduk SE, SH, MBA, LLM

Principal of Yemayo – Advance Education Center

Banyak orang percaya bahwa orang-orang yang bermasalah dengan narkoba dan seks bebas adalah mereka yang berasal dari keluargabroken home. Pendapat ini memang ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya benar. Sesungguhnya, banyak pribadi-pribadi bermasalah narkoba dan seks bebas datang dari keluarga yang mempunyai orangtua utuh, dalam arti ayah dan ibunya tidak bercerai. Anda terkejut?

Sangat banyak pasangan suami-istri yang masing-masing suami dan istrinya mempunyai prinsip yang berbeda dalam hal mendidik anak. Parahnya, perdebatan beda prinsip ini terjadi di depan mata anak, sehingga anak akan belajar dengan mudah memanipulasi satu pihak yang lemah.

Seorang ibu mengeluhkan perilaku anaknya yang susah diatur; jika disuruh belajar, anak itu punya banyak alasan menunda. Berbagai macam hukuman diberikan sang ibu, namun nampaknya anak sudah tidak perduli lagi. Nada-nada tinggi ibu, tidak digubris lagi oleh anak. Menambah runyam keadaan, sang suami berkali-kali menegur istrinya yang dianggap terlalu keras pada anak. "Sudahlah, ma, kalau dia sudah tidak mau belajar, terus mau diapakan? Masak kamu mau hukum terus? Sama anak keras bener!", tegur sang suami ketika keluarga sedang berkumpul di meja makan. "Loh, jadi dibiarkan saja, dia tidak usah belajar? Terus kalau tidak naik kelas bagaimana? Nggak! Pokoknya, habis makan ini dia harus belajar 2 jam!", bantah ibu. Pertengkaran perbedaan pendapat di depan anak ini, salah besar! Baru 15 menit anak belajar di kamar, sang ayah masuk dan berkata, "Tidak usah terlalu dipaksakan! Kalau kamu lelah, kamu tidur saja". Ayah ini tidak tahu bahwa ia sedang merusak suatu proses pendidikan yang besar bagi pribadi anaknya.

"Aku nggak suka sama mamaku, mamaku seperti monster. Kerjanya marah-marah melulu! Paling enak sama papa, aku bisa main-main terus", komentar Mira (bukan nama sebenarnya) gadis kecil berusia 8 tahun kepada pengajar di kelas kami.

"Iya, kalau saya sama anak sih, tegas loh. Tapi papanya itu, belain melulu", curhat sang ibu kepada saya. Mungkin saja cara ibu tersebut marah-marah terus pada anaknya tidak benar. Tetapi lebih tidak benar lagi tindakan sang suami yang tidak membela sang istri di depan anaknya. Seharusnyalah suami-istri kompak menetapkan suatu peraturan dan menjalankannya dengan konsisten. Jika terasa ada kesalahan di dalam menjalankannya, misalnya, suami merasa istri terlalu keras menjalankan-nya atau sebaliknya, tegurlah pasangan anda di belakang anak. Jika anda merasa perlu merubah suatu peraturan, bicarakan dahulu dengan pasangan anda. Hindari mengganti peraturan di depan anak, sebab jika terjadi pertengkaran suami-istri, maka anak akan mempelajari mana pihak pasangan yang lemah, ayah atau ibu.

Pada kasus ibu tersebut, saya meminta ia dan suaminya datang. Saya jelaskan bahwa Mira menceritakan kepada kami bahwa ia tidak belajar karena menurut papa belajar itu tidak boleh terlalu dipaksakan. Pernyataan ini memang ada benarnya, tetapi dalam kasus Mira, ini adalah usaha 'manipulasi' anak untuk mendapatkan kebebasan secara berlebihan, yaitu supaya ia tidak usah belajar dan lebih banyak bermain saja. Pada saat ayah berusaha menjadi pahlawan untuk melepaskan anaknya tersebut dari kewajiban belajar, ayah itu tidak menyadari bahwa ia sedang menunjukkan suatu kelemahan yang besar. Anak mendapat persepsi bahwa papaku 'lembek' mudah dimanipulasi.

Sebulan sejak pembicaraan dengan pasangan suami-istri itu, saya melihat perubahan positif Mira, sang ibupun mengakui bahwa Mira mulai mau belajar sendiri. Pada saat ibu memarahi, ayah menimpali, "Iya, mamamu benar. Sekarang masuk kamar dan belajarlah." Di kelas pun Mira sudah sering bercerita tentang kebaikan mamanya. Syukurlah, mamanya sudah bukan monster lagi baginya…

Lihatlah kasus awalnya, hanya karena tidak kompak, pola belajar anak menjadi rusak; pola hormat kepada orangtuapun menjadi kacau!

Pada kasus pecandu narkoba, awalnya, ayah/ibu yang lemah adalah pihak yang selalu mendanai pembelian narkoba tersebut karena mudah dimintai uang. Pihak orangtua yang lemah merasa 'tidak tega' jika tidak memberi uang lebih, padahal uang itu dipakai untuk memperoleh narkoba atau untuk mendanai pesta-pesta malamnya. Sedangkan pihak yang keras menjadi pihak yang paling dibenci anak karena pihak itu dianggap berusaha menghalang-halangi kesenangannya.

Bagi orangtua yang merasa tidak tegaan atau ingin menjadi pahlawan bagi anak, ketahuilah bahwa anda justru sedang menjadi 'penjahat' bagi masa depan anak anda. Jika anda berpikir anak akan menyayangi anda, anda salah besar karena perlahan anak bertumbuh menjadi pribadi pembangkang yang tidak punya rasa hormat dan yang menganggap remeh peraturan, padahal hidup kita dikelilingi oleh banyak peraturan, seperti peraturan sekolah, peraturan kerja, norma-norma, dan sebagainya. Hari ini mungkin anak tampak menyayangi anda, namun ia akan menjadi kasar jika anda tidak memenuhi permintaannya. Kompaklah! Jika anda benar-benar sayang dengan keluarga anda. Selain anak akan tumbuh menjadi pribadi yang baik, pasangan andapun pasti akan merasa dihargai.

"Orang yang selalu mempersiapkan segala sesuatu

telah memenangkan separuh dari peperangannya."

= Miguel de Cervante